
Semua orang pasti pernah mengalami luka pada kulit. Jika tidak dirawat
dan diobati dengan benar, luka tersebut memiliki risiko terkontaminasi
dan mengalami infeksi. Salah satu infeksi yang mungkin terjadi adalah
tetanus.
Tetanus merupakan infeksi yang tergolong serius dan disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani.
Bakteri ini umumnya terdapat dalam debu, tanah, serta kotoran hewan dan
manusia. Bakteri tetanus sering kali masuk ke tubuh melalui luka
terbuka akibat cidera atau luka bakar.
Jika berhasil memasuki tubuh, bakteri tetanus akan berkembang biak dan
melepas neurotoksin, yaitu racun yang menyerang sistem saraf.
Neurotoksin yang mengacaukan kinerja saraf dapat menyebabkan pengidap mengalami kejang
dan kekakuan otot yang merupakan gejala tetanus yang utama. Gejala ini
dapat menyebabkan rahang pengidap mengatup rapat dan tidak bisa dibuka
atau biasa disebut dengan istilah rahang terkunci (lockjaw). Selain itu, masalah sukar menelan juga dapat dialami oleh pengidap tetanus.
Diagnosis dan Pengobatan Tetanus
Untuk
mendiagnosis tetanus, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik
termasuk pemeriksaan luka sambil menanyakan riwayat kesehatan, vaksinasi
yang pernah diterima, serta gejala-gejala yang dialami pasien.
Langkah pengobatan
yang diberikan juga tergantung pada riwayat vaksinasi pasien. Jika
pasien sudah divaksinasi, dokter akan memberikan obat imunoglobulin
tetanus (TIG) untuk mencegah terjadinya infeksi. Tetapi jika ada pasien
yang belum divaksinasi tetanus, perawatan di rumah sakit akan
diperlukan. Penanganan ini biasanya meliputi pemberian antibiotik, obat
relaksan otot, serta antitoksin. Masa penyembuhan penyakit ini umumnya
akan membutuhkan waktu sekitar 16 minggu.
Pencegahan dan Komplikasi Tetanus
Langkah utama untuk mencegah tetanus adalah dengan vaksinasi. Di Indonesia, vaksin tetanus termasuk dalam daftar imunisasi wajib
untuk anak. Imunisasi tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT
(Difteri, Pertusis, Tetanus). Proses vaksinasi ini harus diberikan dalam
lima tahap, yaitu pada usia 2, 4, 6, 18 bulan, dan 4-6 tahun.
Bagi anak berusia di atas 7 tahun, tersedia vaksin Td yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap tetanus sekaligus difteri. Proses vaksinasi ini perlu diulang tiap 10 tahun untuk mempertahankan kekebalan tubuh terhadap tetanus serta difteri.
Selain
dengan vaksinasi, pencegahan tetanus juga dapat dilakukan dengan selalu
menjaga kebersihan, terutama ketika merawat luka agar tidak terkena
infeksi.
Infeksi tetanus yang tidak segera ditangani dapat
menyebabkan komplikasi dan berakibat fatal. Beberapa komplikasi tetanus
yang dapat terjadi adalah jantung yang tiba-tiba berhenti, emboli paru, pneumonia, dan gagal ginjal akut.
Penyebab Tetanus
Tetanus merupakan infeksi yang tergolong serius dan disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani.
Bakteri ini umumnya terdapat dalam debu, tanah, kotoran hewan dan
manusia, besi berkarat, kawat duri, serta ujung jarum yang tidak steril.
Tetanus
bisa menyerang orang-orang yang menindik atau menato tubuhnya dengan
alat-alat yang status kesterilannya diragukan. Tetanus juga sering
menyerang pengguna narkoba yang memakai alat-alat suntik yang tidak
steril. Luka bakar, luka bekas operasi, dan luka gigitan hewan juga bisa menjadi pintu masuk bakteri penyebab tetanus.
Jika
berhasil memasuki tubuh manusia melalui luka, bakteri tetanus akan
berkembang biak dan melepas neurotoksin (racun yang menyerang kinerja
sistem saraf) bernama tetanospasmin. Kondisi-kondisi berikut membuat bakteri tetanus lebih mudah menyebabkan infeksi pada tubuh:
- Tidak menerima vaksinasi atau proses vaksinasi tetanus yang tidak lengkap.
- Adanya pembengkakan di sekitar luka.
- Keberadaan benda asing pada luka, misalnya serpihan kayu atau besi yang tajam.
- Terdapat bakteri lain yang sedang aktif dalam tubuh.
Durasi
sejak seseorang terpajan bakteri tetanus sampai muncul gejala umumnya
membutuhkan waktu antara 1-3 minggu. Gejala-gejala tetanus adalah:
- Kejang dan kekakuan otot, terutama pada rahang sehingga susah untuk membuka mulut.
- Jika kejang otot menyebar ke leher, pengidap dapat mengalami kesulitan menelan.
- Otot di sekitar perut yang kaku.
- Kejang yang menyakitkan di seluruh tubuh dan berlangsung selama beberapa menit. Gejala ini biasanya dipicu oleh hal-hal kecil, misalnya suara nyaring, sentuhan serta cahaya.
- Demam dan berkeringat.
- Tekanan darah yang naik.
- Detak jantung yang cepat.
Dampak infeksi tetanus pada otot memerlukan waktu sekitar 1-3 hari untuk turun menyebar dari rahang ke tangan dan kaki.
Pengobatan Dan Pencegahan Penyakit Tetanus
Pada tahap awal, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik
sambil menanyakan riwayat kesehatan, vaksinasi yang pernah diterima
serta gejala-gejala yang dialami pengidap. Seseorang diduga kuat
menderita tetanus jika dia memiliki luka terbuka dan mengalami gejala
kekauan serta kejang otot yang sakit. Tetapi dokter akan menggunakan tes
spatula untuk memastikannya. Dalam tes ini, dokter akan memasukkan
spatula (semacam sendok) ke tenggorokan pengidap untuk memancing gag reflex
atau refleks muntah. Pengidap infeksi tetanus akan bereaksi dengan
menggigit spatula tersebut karena otot tenggorokannya mengalami kejang.
Status
vaksinasi pengidap akan menentukan langkah pengobatan yang diberikan
oleh dokter. Jika pasien belum divaksinasi tetanus, dokter akan
menganjurkan perawatan di rumah sakit. Penanganan ini biasanya
menggunakan kombinasi obat-obatan, di antaranya:
- Obat penenang atau sedatif.
- Relaksan otot atau pelemas otot. Obat ini biasa digunakan saat dosis obat penenang harus dikurangi.
- Obat penghambat neuromuskular (NBA). Obat ini bekerja dengan memblokir sinyal saraf dari otak ke otot. Dengan memicu paralisis atau kelumpuhan otot sementara, obat ini dapat membantu pengidap yang mengalami kejang otot yang parah. Vecuronium adalah contoh obat penghambat neuromuskular yang sering digunakan.
- Imunoglobulin tetanus (antitoksin). Obat ini dapat mencegah penyebaran neurotoksin dalam tubuh.
- Antibiotik. Antibiotik seperti penisilin juga diberikan untuk melenyapkan bakteri yang ada dan mencegah penyebaran neurotoksin.
Alat bantu pernapasan atau ventilator juga mungkin diperlukan jika tetanus atau obat NBA berdampak pada otot-otot pernapasan.
Selain
pemberian obat, langkah operasi dapat menjadi pilihan untuk menangani
tetanus jika luka pasien yang terinfeksi berukuran besar. Prosedur ini
diperlukan untuk membersihkan luka dengan mengangkat benda asing
(misalnya, besi tajam) dan jaringan mati agar bakteri tetanus dapat
dilenyapkan.
Asupan kalori, khususnya protein, juga perlu
ditingkatkan hingga dua kali lipat untuk mempercepat proses penyembuhan
luka. Langkah ini dapat dilakukan dengan meningkatkan konsumsi daging
dada ayam atau bebek, daging sapi tanpa lemak serta putih telur.
Langkah Pencegahan Tetanus
Langkah utama untuk mencegah tetanus adalah vaksinasi. Di Indonesia, vaksin tetanus termasuk salah satu dari lima imunisasi wajib untuk anak. Imunisasi tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus). Proses vaksinasi ini harus diberikan dalam lima tahap, yaitu pada usia 2, 4, 6, 18 bulan, dan 4-6 tahun.
Bagi
anak berusia di atas 7 tahun, tersedia vaksin Td yang juga berfungsi
memberikan perlindungan terhadap tetanus sekaligus difteri. Proses
vaksinasi Td perlu diulang tiap 10 tahun untuk mempertahankan kekebalan
tubuh terhadap tetanus serta difteri.
Selain vaksin, pencegahan
tetanus juga dapat dilakukan dengan selalu menjaga kebersihan luka agar
tidak terinfeksi dan cepat sembuh. Pemberian imunoglobulin tetanus juga
biasanya dianjurkan oleh dokter untuk mencegah terjadinya infeksi
tetanus pada luka.
Risiko Komplikasi Tetanus
Infeksi
tetanus yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan komplikasi dan
berakibat fatal terutama bagi mereka yang tidak divaksinasi sebelumnya.
Beberapa komplikasi serius yang dapat dialami pengidap adalah:
- Pneumonia aspirasi. Komplikasi ini terjadi karena masalah sukar menelan yang menyebabkan air liur mengalir masuk ke paru-paru. Penyakit ini dapat ditangani dengan antibiotik.
- Emboli paru. Komplikasi yang serius ini terjadi saat ada penyumbatan pada pembuluh darah paru-paru. Penanganannya membutuhkan obat-obatan pengencer darah serta pemberian oksigen.
- Gagal ginjal akut. Komplikasi ini dapat muncul jika kejang otot mengakibatkan rhabdomyolysis atau kerusakan pada jaringan otot sehingga otot melepaskan protein mioglobin yang mengalir ke ginjal. Di ginjal, mioglobin dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal secara drastis.
- Jantung yang tiba-tiba berhenti. Komplikasi yang berujung pada kematian ini umumnya terjadi pada pengidap tetanus dengan tingkat keparahan yang tinggi. Komplikasi ini adalah penyebab kematian paling tinggi di antara para penderita tetanus.
Sumber : http://www.alodokter.com/tetanus/
0 Komentar
Setiap kata dari anda adalah motivasi bagi blog ini untuk menjadi lebih baik.